Tanaman Kratom Bisa Jadi Solusi Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat Kalteng

PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) terus mendorong pemanfaatan potensi lokal guna menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan. Salah satu terobosan yang tengah dikembangkan adalah hilirisasi tanaman kratom (Mitragyna speciosa), yang dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi serta manfaat bagi kesehatan.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdagperin Kalteng, Rangga Lesmana, mengungkapkan bahwa Gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan kratom, salah satunya melalui fasilitasi kuota ekspor. Upaya ini bertujuan untuk membuka peluang ekonomi baru serta meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah.

“Pemerintah Provinsi hadir melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kalimantan Tengah untuk mendorong hilirisasi kratom. Ini merupakan langkah inovatif agar masyarakat memiliki sumber pendapatan baru yang menjanjikan,” ujar Rangga saat dikonfirmasi pada Sabtu (12/4/2025).

Kratom sendiri merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Di Indonesia, terutama di wilayah Kalimantan seperti Kapuas Hulu, kratom bahkan telah menjadi komoditas ekspor unggulan. Produk ini banyak diminati di pasar internasional, khususnya Amerika dan Eropa, untuk keperluan industri farmasi.

Rangga menjelaskan bahwa menurut Buku Kratom: Prospek Kesehatan dan Sosial Ekonomi, tanaman ini termasuk dalam keluarga Rubiaceae, sama seperti kopi. Kratom tumbuh subur di tanah alluvial yang kaya bahan organik, terutama di sekitar aliran sungai, menjadikannya cocok untuk dikembangkan di sejumlah wilayah Kalimantan.

“Masyarakat lokal telah lama memanfaatkan kratom secara tradisional sebagai obat alami, mulai dari penambah stamina, pereda nyeri, hingga pengontrol kadar gula darah,” jelasnya.

Seiring berkembangnya sistem budidaya, kratom kini tidak hanya berfungsi sebagai solusi dalam bidang kesehatan, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan baru, khususnya dalam sektor perkebunan dan pengolahan hasil pascapanen.

“Dengan adanya proses hilirisasi, kratom tidak hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah, tetapi bisa diolah menjadi produk bernilai tambah. Ini menjadi peluang besar bagi masyarakat Kalimantan Tengah untuk memperkuat perekonomian daerah,” tutup Rangga. (yud/dodi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *