Palangka Raya – Pemerintah Provinsi Kalteng menggelar rapat evaluasi Tim Pengendalian Inflasi Derah (TPID) terhadap hasil rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi periode Juni 2024. Rapat dipimpin langsung Kepala Biro Ekonomi Setda Kalteng Said Salim.
“Beberapa komoditas yang saat ini menjadi sampel BPS mengalami deflasi. Ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga tetapi masih kenaikan harga nol koma sekian,” kata Said Salim.
Said menuturkan berdasarkan laporan dari beberapa kabupaten telah melakukan beberapa kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi. Seperti Sukamara yang sudah menyiapkan SPBU khusus untuk nelayan.
“Jadi kesulitan mendapatkan BBM untuk nelayan, saat ini diupayan agar tidak terjadi lagi. Dengan mudahnya akses nelayan mendapat BBM, bisa menunjang aktivitas nelayan,” kata Said.
Hal yang sama juga dilakukan di Sampit. Berkoordinasi dengan Angkasa Pura agar run waynya diperpanjang dan bisa didarati oleh pesawat yang lebih besar nantinya.
Pejabat BPS Kalteng Muhlis Ardiansyah dalam paparannya menyampaikan, terjadi inflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 2,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 106,66.
Inflasi tertinggi terjadi di Sampit sebesar 2,51 persen dengan IHK sebesar 105,98 dan terendah terjadi di Kabupaten Sukamara sebesar 1,42 persen dengan IHK sebesar 108,11.
“Secara tahunan, Kalteng mengalami inflasi. Kelompok makanan, minuman dan tembakau memiliki andil terbesar terhadap inflasi ini,” tutur Muhlis. (ran)