PALANGKA RAYA – Inflasi nasional saat ini cukup terkendali di angka 4,00 persen (y-o-y). Meski begitu, semua pemda dan pihak terkait tetap harus waspada terhadap dinamika yang akan terjadi.
“Karena sebentar lagi kita akan menghadapi dinamika. Yaitu hari raya Iduladha,” kata Mendagri Tito Karnavian, saat memimpin Rakor Pengendalian Inflasi Tahun 2023 secara virtual, Senin (19/6/2023).
Tito bilang, dinamika hari besar keagamaan umumnya akan mengubah pola permintaan yang dapat mempengaruhi persediaan barang. Makanya perlu diantisipasi agar harga barang dan jasa tetap stabil.
Sementara itu, Direktur Statistik Harga BPS Windhiarso Putranto mengatakan, 10 kabupaten/kota mengalami indeks perkembangan harga (IPH) tertinggi pada minggu kedua Juni. Salah satunya adalah Kabupaten Seruyan, yakni 5,48 persen.
“Komoditas yang memiliki andil besar dalam kenaikan IPH di Seruyan adalah daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah,” katanya.
Menurut Windhiarso, jika dibandingkan dengan pola inflasi di periode Ramadan dan Idulfitri, maka pola inflasi di bulan Zulhijjah (perayaan Iduladha) relatif lebih rendah. Pada periode perayaan Iduladha di Indonesia, masyarakat cenderung tidak meningkatkan konsumsinya. Sehingga cenderung tidak terjadi dorongan potensi inflasi akibat permintaan.
“Kenaikan harga cenderung karena faktor suplai. Pasokan dari hasil produksi berkurang akibat belum memasuki masa panen atau eksternal lain,” katanya.
Cek Lapangan
Menanggapi IPH tertinggi nasional di Seruyan, Staf Ahli Gubernur Kalteng Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Yuas Elko, meminta Satgas Pangan bersama TPID, secepatnya bergerak ke lapangan.
“Saya minta pihak terkait melihat langsung ke lapangan untuk mengecek komoditas yang mempengaruhi kenaikan IPH,” katanya.
Tak cukup hanya itu, pihak terkait juga harus memikirkan intervensi yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Sehingga lonjakan IPH dapat dikendalikan.
(TIM/ZK-1)