PALANGKA RAYA – Tahun 2022 Kalteng termasuk 10 provinsi dengan persentase kematian ibu dan bayi tertinggi di Indonesia. Tahun 2022, angka kematian ibu sebesar 146 per 100 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian balita sebesar 9,0 per 1.000 kelahiran hidup.
Ini adalah tantangan yang tidak dapat kita abaikan, tetapi harus kita atasi bersama-sama. Penting bagi kita untuk membangun sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, organisasi masyarakat, dan individu untuk mengatasi masalah ini,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul.
Suyuti mengatakan hal itu saat menjadi pembicara utama wicara edukasi yang dilaksanakan di Politeknik Kesehatan Kemenkes, Palangka Raya.
“Kita perlu memastikan bahwa semua ibu dan anak memiliki akses yang mudah dan terjangkau ke layanan kesehatan yang berkualitas. Ini melibatkan perluasan cakupan layanan kesehatan dasar, pelatihan tenaga medis yang memadai, dan peningkatan infrastruktur kesehatan di daerah yang terpencil,” ujarnya.
Menurut Suyuti, hal yang sangat penting adalah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang praktik kesehatan yang baik selama kehamilan, persalinan, dan masa pascamelahirkan.
“Melalui kampanye penyuluhan yang efektif, kita dapat mengubah perilaku dan mempromosikan pemahaman akan pentingnya perawatan yang tepat,” imbuhnya.
Dalam upaya mencegah kematian ibu dan anak, sambung Suyuti, penting untuk mengembangkan program dan kebijakan yang holistik. Ini meliputi perhatian yang menyeluruh terhadap aspek kesehatan fisik dan mental ibu dan anak, termasuk nutrisi.
Suyuti optimistis dengan membangun sinergi dan kolaborasi yang kuat, maka dapat mencapai perubahan yang signifikan dalam mencegah kematian ibu dan anak. “Bersama-sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik dan lebih sehat bagi ibu dan anak di Kalteng,” tandasnya.
(TIM/ZK-1)