BUNTOK – Prevalensi stunting di Kabupaten Barito Selatan termasuk yang tertinggi di Provinsi Kalimantan Tengah. Pemerintah daerah setempat terus berupaya menekannya dengan berbagai strategi.
Penjabat Bupati Barito Selatan Lisda Arriyana menegaskan, tahun depan pihaknya akan fokus menangani masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.
“Pada tahun perencanaan 2024, kami melakukan sinkronisasi program atau kegiatan yang selaras dengan Pemerintah Provinsi Kalteng. Diantaranya percepatan penurunan stunting, dan percepatan pengentasan kemiskinan ekstrem,” tukas Lisda di Buntok.
Menurut Lisda, pihaknya akan bersinergi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalteng dalam mempercepat penurunan stunting. Sinergi itu diharapkan membuahkah hasil, sehingga angka stunting di Bumi Dahani Dahanai Tuntung Tulus tersebut semakin menurun.
“Ada beberapa langkah dan inovasi yang telah kami kali. Ada beberapa hal juga yang harus dilakukan, sesuai saran dari BKKBN,” ujar Lisda.
Sementara itu, Kepala BKKBN Perwakilan Kalimantan Tengah Jeanny Yola Winokan, memuji penanganan stunting di Barito Selatan. Kurang lebih 55 indikator penanganan stunting yang harus ditetapkan untuk dievaluasi oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
“Saya lihat sudah terjadi sinkronisasi dan implementasi yang cukup kuat. Sambil berjalannya program, ada beberapa inovasi yang dilakukan oleh Penjabat Bupati Barito Selatan dan perangkatnya,” ujarnya.
(TIM/ZK-1)