Sekda Kalteng Minta TPID Tindaklanjuti Rilis BPS

PALANGKA RAYA – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mengadakan rapat evaluasi terhadap hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi Februari 2023, Kamis (02/03/2023). Rapat evaluasi yang berlangsung di Ruang Rapat Bajakah itu dipimpin oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Nuryakin.

Nuryakin menekankan seluruh pemangku kepentingan memanfaatkan yang dirilis oleh BPS tentang situasi perekonomian, baik secara global maupun regional. Rilis dari BPS terkait inflasi Februari 2023 dapat memacu semua pemangku kepentingan untuk bekerja lebih bersinergi, terutama menjelang hari besar keagamaan. 

“Saya meminta kita semua memperhatikan dan menindaklanjuti rilis BPS terkait inflasi,” tegasnya.

Menurut Nuryakin, data yang disajikan oleh BPS harus dimanfaatkan dengan baik oleh pihak terkait. Sehingga inflasi di Kalteng tidak kembali menjulang tinggi. Karena percuma saja ada data kalau tidak ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan dan program. 

Dalam kesempatan itu, Nuryakin juga menyentil gerakan pemerintah kabupaten/kota dalam mengendalikan inflasi.

“Pemprov Kalteng yang gencar melakukan operasi pasar, sedangkan kabupaten/kota terkesan menunggu bantuan pemprov,” sindirnya.

Sementara itu, Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro menjelaskan perkembangan harga berbagai komoditas selama Februari 2023 yang menyebabkan daerah itu mengalami inflasi 0,10 persen, dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 115,91.

“Terjadinya inflasi tersebut akibat adanya kenaikan indeks harga pada kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sekitar 0,51 persen, kelompok kesehatan 0,44 persen, kelompok pakaian dan alas kaki 0,29 persen,” bebernya.

Kemudian, kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,26 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,17 persen, kelompok perlengkapan, peralatan.dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,09 persen.

“Kenaikan harga juga terjadi pada kelompok pendidikan sekitar 0,07 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,06 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,06 persen,” ucapnya.

Sedangkan untuk komoditas yang memberikan sumbangan inflasi di provinsi ini pada Februari 2023, lanjut dia, terdiri dari beras, rokok kretek filter, kacang panjang, rokok putih, bawang merah, bawang putih, obat dengan resep, bahan bakar rumah tangga, tarif parkir, dan biskuit.

“Bersyukur angkutan udara, tomat, ikan baung, ikan gabus, telur ayam ras, cabai rawit, kangkung, wortel, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, dan makanan ringan/snack alami deflasi, sehingga angka inflasi di Kalteng tidak terlalu tinggi,” kata Eko.

Eko bilang, tingkat inflasi tahun kalender (Februari 2023 terhadap Desember 2022) untuk Kota Palangka Raya, tercatat sekitar 0,24 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2023 terhadap Februari 2022) sebesar 6,12 persen. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2022, tingkat inflasi tahun kalender (Februari 2022 terhadap Desember 2021) sebesar 0,61 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun 2022 (Februari 2022 terhadap Februari 2021) sebesar 2,78 persen.

Sementara untuk Kota Sampit, tingkat inflasi tahun kalender (Februari 2023 terhadap Desember 2022), tercatat 0,21 persen dan inflasi tahun ke tahun (Februari 2023 terhadap Februari 2022) sebesar 5,63 persen. Selain itu, pada periode yang sama tahun kalender 2022 di Sampit mengalami deflasi sebesar 0,55 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun 2022 (Februari 2022 terhadap Februari 2021) sebesar 5,11 persen.

“Sekalipun masih mengalami inflasi di dua kota di Kalteng itu, pada awal tahun 2023 ini nilainya lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh adanya penurunan harga BBM seiring penurunan harga minyak mentah dunia dan penurunan tarif angkutan udara,” tandas Eko.

(TIM/ZK-1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *