Pen Tertanam di Tangan, Adinda Jadi Peraih Emas Terbanyak PON Papua

JAYAPURA – Gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua resmi berakhir dengan ditandai upacara penutupan di Stadion Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Jumat malam.

Dari sekitar enam ribuan atlet yang bersaing, perenang putri asal Jawa Timur Adinda Larasati Dewi Kirana menjadi atlet dengan koleksi medali emas terbanyak dalam pesta olahraga terbesar di Tanah Air edisi ke-20 tersebut.

Secara keseluruhan, Adinda Larasati sukses membawa pulang delapan medali emas dan satu perak.

Torehan tersebut terbilang luar biasa. Sebab, Adinda tampil dengan kondisi tangan yang masih tertanam pen.

Ya, Adinda mengaku sekitar kurang dari satu tahun lalu, pen tertanam pada salah satu tangannya setelah insiden kecelakaan Juli 2020 lalu.

Peristiwa tersebut pun sempat mengganggu persiapan Adinda menuju PON Papua karena dia harus naik meja operasi.

Dia pun harus rehat dan menjauh dari kolam renang selama empat bulan lamanya. Bahkan, kata Adinda, dokter menyarankan untuk tidak melakukan aktivitas berat selama satu tahun.

Namun pada sisi lain, Adinda memiliki target pada PON Papua. Dia ingin tampil dan memberikan yang terbaik untuk Jawa Timur.

Tekadnya, mengalahkan semuanya. Adinda mulai kembali menjalani persiapan pada November 2020 dengan pen masih tertanam di tangannya.

“Saya ada target di PON, tidak mau rehat dan harus berusaha,” kata Adinda saat berbincang dengan ANTARA pada hari perlombaan renang, Kamis (14/10).

Adinda mengaku kerap merasakan ngilu. Terlebih saat menyentuh dinginnya air. Tentunya, itu membuat tidak nyaman.

Bahkan saat berlomba di Arena Akuatik Kampung Harapan, nyeri pada tangannya masih terasa.

Namun, kata Adinda, selama punya keyakinan dan tekad yang kuat semua rintangan dan tantangan bisa terlewati.

Adinda pun membuktikannya dengan menyabet delapan medali emas dan satu perak dalam pesta empat tahunan tersebut.

Ratu Arena Akuatik

Tujuh emas di antaranya diraih di Arena Akuatik Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, yang menjadi lokasi perlombaan renang.

Perenang 21 tahun itu tampil superior dan seolah menjadi ratu di arena berstandar internasional tersebut. Dia finis terdepan seperti pada nomor 200 meter gaya bebas putri. Dia mengalahkan Angel Gabriella Yus asal DKI Jakarta dan Ressa Kania Dewi dari Jawa Timur.

Selain itu, pada nomor 800 meter gaya bebas putri, Adinda digdaya dengan mengalahkan Raina Saumi G asal Jawa Barat dan Ressa yang berada di posisi ketiga.

Pada nomor tersebut, Adinda mencatatkan waktu 8 menit 59,78 detik. Hasil ini sekaligus memecahkan rekor PON milik Raina Saumi G di Pekan Baru pada 2012 dengan 9 menit 01,98 detik.

Rekor PON pun dia ciptakan pada nomor 100 meter gaya kupu-kupu dengan torehan 1 menit 01,65 detik atau lebih baik dari rekor sebelumnya milik Angel Gabreilla Yus dengan 1 menit 01,66 detik di PON 2016 di Jawa Barat.

Pada gaya kupu-kupu, atlet yang lahir pada 4 Maret 2000 itu juga meraih medali emas pada jarak nomor 50 meter.

Sisanya, dia berkontribusi besar pada nomor estafet. Seperti pada nomor 4×100 meter gaya bebas estafet putri, 4×100 meter gaya ganti estafet putri, dan 4×200 gaya bebas estafet putri.

Selain itu, satu emas Adinda didapat saat berlaga di perlombaan renang perairan terbuka nomor 10 km putri. yang bergulir di Teluk Yos Sudarso.

Pencapaian ini lebih baik dari PON 2016 di Jawa Barat yang kala itu Adinda meraih empat emas, satu perak, satu perunggu.

“Sudah puas, semula target lima emas dan di PON Papua bisa lebih dari itu. Selain itu, dari catatan waktu juga lebih baik,” kata Adinda.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Jawa Timur, Muhammad Chusaini, mengaku bangga dengan pencapaian Adinda.

Terlebih, kata Chusaini, perenang andalannya tersebut sempat terkendala dari segi persiapan.

“Ya, dia sempat mengalami insiden jatuh dari otopet dan harus operasi. Kami khawatir ketika itu,” ujar Chusaini.

“Ternyata berkat dukungan KONI Jatim dan PRSI Jatim, semua pengobatan dan pemulihannya terus di pantau. Dan Adinda tampil luar biasa,” Chusaini menambahkan.

Sementara itu, seusai PON Papua, Adinda mengatakan akan segera kembali naik meja operasi untuk melepas pen yang tertanam pada tangannya.

Adinda tak sabar untuk kembali menatap ajang-ajang besar lainnya seperti SEA Games dan Asian Games.

“Setelah itu, saya akan operasi. Semoga cepat pulih,” ujar Adinda penuh harap.

Berkontribusi besar

Adinda berkontribusi besar atas pencapaian Jawa Timur pada perlombaan renang di PON Papua.

Jawa Timur menjadi kontingen dengan raihan medali terbanyak pada perlombaan renang dengan 14 emas, 7 perak, dan 9 perunggu.

Selain Adinda, emas Jawa Timur juga meraih medali emas dari Nurul Fajar Fitriyati pada nomor 100 dan 200 meter gaya punggung putri.

Selain itu juga dari Ressa Kania Dewi yang berlomba pada nomor 200 meter gaya dada putri dan 200 meter gaya ganti perorangan putri.

Juga Patricia Yosita Hapsari yang turun pada 100 meter gaya bebas putri.

Adapun Glenn Viktor meraih dua medali emas masing-masing pada nomor 50 dan 100 meter gaya kupu-kupu putra.

Pada renang perairan terbuka, Jawa Timur juga menjadi yang terbaik dengan raihan empat emas dan dua perak.

Khusus untuk kolam renang, pencapaian di Papua lebih baik dari PON 2016 di Jawa Barat yang kala itu Jawa Timur membawa pulang sembilan emas, 11 perak, dan 13 perunggu.

Chusaini berharap prestasi atlet renang Jawa Timur akan terus meningkat.

PRSI Jawa Timur juga telah menyiapkan serangkaian program untuk menuju PON selanjutnya di Aceh dan Sumatera Utara pada 2024.

Chusaini mengatakan masih ada sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang harus diselesaikan.

“Kami melihat ada sedikit gap karena ada beberapa atlet yang sudah senior dan kami perkirakan empat tahun mendatang prestasi sudah menurun,” kata Chusaini.

“Sebenarnya kami sudah menyiapkan pelatis. Di Jawa Timur ada istilah SPOP atau Sentra Pelatihan Olahraga Pelajar. Jadi sudah kami siapkan lapis kedua untuk empat tahun mendatang,” pungkas Chusaini.

(Ant/Zk-2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *