JAKARTA – Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Zainudin Amali optimistis Kontingen Indonesia dapat meraih hasil maksimal pada Paralimpiade Tokyo 2020.
Keyakinan Amali merujuk pada persiapan panjang yang dilakukan skuad Merah Putih selama menjalani pemusatan pelatihan nasional (pelatnas) di Solo, Jawa Tengah.
Selain untuk menghadapi Paralimpiade Tokyo, atlet Indonesia yang tampil ini juga sebenarnya dipersiapkan untuk mengkuti ASEAN Para Games 2019 yang batal bergulir.
“Sehingga saya ada rasa optimisme karena mereka sudah lama menjalani pemusatan latihan. Jadi semoga mereka ke Tokyo bisa bagus dan sebagaimana yang kita harapkan,” ujar Amali dalam laman resmi Kemenpora, Selasa malam.
Indonesia mengirimkan 23 atlet untuk mengikuti tujuh cabang olahraga yakni, para-badminton, para-atletik, para-renang, para-tenis meja, para-menembak, para-powerlifting, dan para-balap sepeda.
Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibanding ketika turun pada Paralimpiade sebelumnya di Rio de Janeiro, Brazil 2016 yakni sembilan orang
Menurut Amali ada banyak kemajuan dan beberapa pemain dapat diunggulkan untuk meraih medali pada Paralimpiade Tokyo.
“Saya kira kalau saya melihat dengan kondisi persiapan mereka yang cukup baik dan mereka tetap berlatih,” katanya.
“Saya tiga kali datang ke Solo untuk melihat mereka, memberi mereka semangat dan karena saya lihat bagaimana seriusnya mereka berlatih, maka bisa ada perbaikan dari perolehan kita di Rio De Jeneiro tahun 2016,” ujar Menpora.
Meski demikian, Amali tak ingin menaruh target yang terlalu ambisius dengan jumlah medali tertentu. Karena hal itu dapat menjadi beban bagi para atlet yang akan bertanding.
“Saya tidak mau membebani atlet dengan target-target yang dalam itu. Mereka kita membuat ukuran-ukuran sesuai dengan apa yang kita pantau,” ujarnya.
Amali juga menyebutkan bahwa bertanding pada masa pandemi seperti saat ini sangat tidak mudah.
Sebab, disamping harus menyiapkan kemampuan fisik maupun teknis dan strategi, mereka harus menjaga protokol kesehatan.
“Sama seperti Olimpiade Tokyo, suasananya juga mirip-mirip, tekanan-tekanan itu akan lebih berat dan lebih besar ketimbang multievent lain,” kata Amali.
Menpora Amali pun berpesan kepada para atlet untuk bertanding dengan baik, bermain lepas, tanpa beban dan menjaga protokol kesehatan.
“Saya pesan jaga kesehatan, prokesnya harus tetap dan juga main lepas saja karena biasanya tekanan di Paralimpiade itu lebih daripada tekanan di multievent lainnya walaupun itu di tingkat internasional,” katanya.
“Pada saat Olimpiade yang lalu, banyak yang diunggulkan ya ternyata dia tidak lolos sampai ke final. Bahkan yang tidak diunggulkan bisa menjadi juara.” (Ant/Zk-2)